Sekelumit Kisah tentang Tercetusnya Nama Pulau Kisar


 

avatar

Rabu, 22 Desember 2021 - 22:34:27
Dilihat: 1571

Pemandangan pantai Wilkaul dan bukit Ili Kesi
Memuat Audio...

SEKELUMIT KISAH TENTANG TERCETUSNYA NAMA PULAU KISAR

Naskah Oleh : Kamanasa, Josep PaulusUU

Alamat : Woirata Kisar

Pengantar :

Nama, adalah sebuah kata untuk menerangkan identitas sesuatu, baik orang ataupun tempat, pulau dan benua maupun kota dan lain lagi. Nama juga memiliki makna tersendiri yaitu pengahargaan atas asal usul suatu peristiwa masa lampau, sekaligus merupakan memory sepanjang Abad, karena tercetusnya sebuah nama terkait keadaan masa silam, adalah hal yang tidak akan mungkin terulang lagi. Tercetusnya suatu nama entah mitos maupun legenda ataupun berdasarkan data sejarah akan tetapi arti dari sebuah nama yang resmi perlu diapresiasi. Misalnya sejarah dunia mencatat bahwa nama benua amerika yang dijuluki paman Sam, diabadikan selaku penghargaan terhadap jasa seorang jurnalis bernama amerigo vespuci. Yang mengisahkan tentang keadaan benua yang ditemukan oleh rombongan pelaut italia yang dipimpin oleh christophorus colombus pada tahun 1492 untuk pertama kali.

Kemudian dalam catatan sejarah nasional Indonesia ada juga beberapa nama terkait keadaan dan peristiwa masa purba yang diabadikan sekarang. Contohnya asal mula nama tentang pulau Jawa adalah Yawa Dwipa yang berarti pulau beras . demikianpun nama pulau sumatera disebut Suwarna Dwipa artinya Pulau Emas. Nama Lainnya Yaitu Andalas Atau Pulau Perca. Sedangkan nama pulau Kalimantan dan Sulawesi masing-masing identitas masa purbanya disebut borneo dan Selebes. selain itu ada suatu cerita unik (yang mungkin) bersifat legenda tentang asal usul nama kota surabaya. Konon, suatu ketika terjadi perkelahian antara ikan hiu yang disebut "Suro" dengan buaya dengan sebutan "Boyo". pertengkaran tersebut sesuai akhir cerita adalah dinyatakan, "drow", dan mereka sepakat untuk tidak memasuki kawasan satu sama lain. lokasi dimana diadakan pernyataan kesepakatan itulah yang merupakan dasar tercetus nama " Surabaya" dengan identitas lain yaitu "Kota Pahlawan".

Sehubungan dengan cerita diatas tentang asal mula tercetusnya beberapa nama tersebut, maka uraian penulisan ini akan mengangkat sebuah topik yaitu Asal Mula Tercetus Nama Pulau Kisar. Sebab sampai kini diduga belum ada diantara para peneliti yang dapat membidik secara tepat dan akurat tentang asal usul nama pulau ini. semoga uraian ini ada manfaatnya dan segala kritik dan saran serta tegur sapa tetap dinantikan. terimakasih.

 

oirata, 28-10-2019

  Penulis naskah

             ttd

 

TANGGAPAN PARA PENELITI MASA LALU

TENTANG

KARAKTERISTIK PULAU KISAR

Pendahuluan : 

dimasa silam para antropolog baik domestik maupun dari Mancanegara sudah melaluian berbagai penelitian di Pulau Kisar. patut diapresiasi kapasitasnya selaku jurnalis ataupun geolog dan etnolog maupun etnograf. Namun, diantaranya (mungkin) secara apriori twlah gegabah dan salah terka menafsirkan identitas pulau Kisar, sesuai sudut pandang yang berbeda. pulau ini dijuluki daratan berbatu karang atol (Coral Island), karena tanahnya berbatu cadas yang tandus dan terlihat gersang serta kering, tak berhutan rimba, apalagi tidak terdapat sungai yang mengalir, secara permanen disana. bahkan pernah ada ungkapan seorang pejabat instansi tertentu, yang disuga semasa bayi, hidup dipulau kisar, tapi (konon) mengatakan secara gamblang bahwa warga masyarakat Kisar mengkonsumsi air dari pulau romang dan wetar untuk kebutuhan hidup. memang cukup sadis kedengaran pernyataan ini, tapi kiranya hal itu hanya sindiran yang bersifat fitnahan belaka. sebab ternyata geografis pulau kisar memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. karena daratan sang pencipta itu dikelilingi oleh deretan dataran tinggi berbatu karang terjal sekitar 100-200mdpl laksana benteng abadi. tetapi pandangan sana sini di pedalaman pulau terdapat hamparan tanah dataran rendah sebagai lahan pertanian bagi penduduk sehingga dapat bercocok tanam. 

Terbukti kecanggihan teknologi dewasa ini, yaitu terealisasinya pemanfaatan beberapa artesis bagi sebagian warga masyarakat Kisar yang dijuluki pulau berbatu karang alias "Coral Island" itu. kendatinalamnya terlihat gersang dan kering, namun suatu kisah nyata terkait sebuah kalimat peribahasa yaitu, tak kenal tak sayang, sudah dikenal pasti disayang. Kisah dimaksud sebagai berikut : 

pada tahun 1950-an, waktu itu Wonreli merupakan ibu Kota Wilayah Pulau-pulau Kisar ( masa Belanda: Kep. Selda, kini MBD). Ketika itu ada seorang pejabat Birokrasi yang disebut KPS (Kepala Pemerintah Setempat) kini Disebut Camat, hendak bertuga di Kisar untuk pertama kali. Bersama Keluarganya harus berlinang air mata, saat hendak turun dari kapal di pelabuhan pantai "Nama". Pasalnya, ketika memandang seluruh daratan yang memilukan sebab tandus berbatu karang apalagi musim kemarau. mengiringi cucuran air mata terlintas dibenaknya bahwa apakah mungkin ada kehidupan yang layak di pulau ini, tapi demi mengemban tugas maka mereka turun dari kapal dan berjalan kaki sejauh hampir 2 Km ke kota Wonreli. Namun Entah kenapa sehingga pejabat dimaksud sekeluarga berulang kali menetesskan air matanya dipulau berbatu karang ini pada saat. menerima SK mutasi. Hanya disela Acara temu pisah, dengan tangisan sembari mengatakan sebuah kalimat bernada pujaan, " Kisar Manise"! apanya yang manis? tak seorang pun yang tahu kecuali mereka yang mengalaminya sendiri.

Nah, demikianlah karakteristik daratan Pulau Kisar, ibarat seorang gadis cantik jelita, yang tetap menyembunyikan kemolekannya itu terhadap orang lain sepanjang masa, kecuali kepada keluarganya saja. Itulah Kisar ! 

Ternyata para peneliti masa lampau belum juga menemukan identitas orsinil pulau yang kini bernama "Kisar". mereka salah merekam namanya dengan menulis Kesser, Kaisar, Keiser, Makissar dan lain lagi. hal ini karena penelitian dan pengambilan data yang tidak akurat, kadang hanya sepihak, sebagai sampel yang menyebabkan minimnya info selaku data autentik. Olehnya dalam uraian penulisan brosur singkat ini, ada tiga nama yang akan diangkat selaku identitas utama dengan rentetan kronologisnya sesuai kondisi dan situasi masa silam. tiga nama dimaksud adalah : 

DALAP PITU

YOTOWA/YOTOWAWA

KIZAR(KISAR) 

 Diharapkan keterangan data ini jadi acuan dan daya tarik bagi para peneliti masa depan, agar mengidentifikasi lebih lanjut tentang keadaan dan latar belakang Pulau Kisar, sehingga identitasnya tidak menjadi polemik berkelanjutan, terutama bagi generasi mendatang pulau ini.

Uraiannya sebagai berikut : 

DALAP PITU

Sebelum pembahasan nama ini, sejarah awal Suku Woirata menuturkan bahwa daratan yang kini bernama "Kisar", Pertama kali ditemukan dan dihuni oleh Moyang salah satu keluarga Suku Woirata berinisial NPR. Yang kemudian pada generasinya yang ke-4 dipulau Kisar dikenal dengan sebutan Nama Lewenmali-Asamali. anak Cucunya kini berada di desa Oirata Timur- Kisar Kecamatan Pulau-pulau Terselatan. dalam Klan (Soa) Ha-No'o yaitu Keluarga Marga " Ratumaly" . 

Dalam penemuannya ternyata pulau ini tidak dapat dihuni karena masih berair laksana Surutnya air laut menjadi meti kering yang dalam penuturan sejarah Suku Woirata dikatakan masih berair dengan pasir bercampur lumpur. Artinya bahwa belum terbentuk suatu pulau disitu untuk bisa dihuni oleh manusia. olehnya NPR memohon kepada SANG PENCIPTA untuk mengeringkan daerah tersebut yang laksana surutnya air laut menjadi meti tersebut agar airnya kering menjadi Pulau yang Layak untuk dihuni, dan hal itupun Jadilah. sehingga daerah laksana meti tersebut menjadi sebuah Pulau dan memberikan Nama pertama untuk pulau yang baru terbentuk itu dengan sebutan DALAP PITU. Alhasil NPR dan Keluarganya Menempati Pulau tsrsebut. Selama Kurun Waktu yang tidak diketahui menghuni daratan ini, mereka hanya menyebut identitasnya dengan beberapa nama antara lain : Uma hin dau, uma kusi oone; Uma Ete Hata Wenai, Uma Sikuwa Pintana; Uma Ulina Lau-laur, Uma Ti-tin Tape-tapen; Uma Ira Nahir, Uma Ete Asa Araranen. identitas sesuai nama-nama ini memiliki makna tersendiri. "Uma Hin Dau, Uma Kusi Oone": maknanya ialah daratan pulau kisar seperti piring batu dan guci sebab sekeliling pesisir berbukit sedangkan di pedalaman pulau merupakan tanah dataran rendah. " Uma Ete Hata Wenai, Uma Sikuwa Pintana": maknanya adalah kondisi daratan Pulau ini laksana benteng atau dewala sebuah kota. Selanjutnya " Uma Ulina Lau-laur, Uma Ti-tin Tape-tapen" memiliki arti yaitu tanah Pulau ini akan berfungsi sebagai tapisan dan saringan (Pulau yang Keramat). menyaring sesuatu yang tidak baik jangan berlaku disini. sebab kehidupan dan perilaku setiap orang, entah yang baik dan benar, ataupun buruk dan jahat, juga sifat jujur serta adil maupun penipu dan culas semuanya ditapis dan disaring sampai anak cucunya pun mendapat pahala yang setimpal sesuai hukum karma. 

sedangkan "Uma Ira nahir, uma Ete Asa Araranen": penuh makna mengandung rasa haru karena alam daratan Pulau kisar dimasa silam seringkali mengalami kemarau berkepanjangan sehingga terjadi paceklik yang mengakibatkan ada kelaparan dan kemiskinan bahan makanan. apalagi hubungan antar Pulau sangat sulit karena tidak ada alat transportasi yang memadai seperti kini sehingga terisolir diwaktu dahulu. itu sebabnya keadaan seperti tadi diibaratkan air hujan yang tergenang pada kolam batu karang yang segera kering setelah hujan berlalu. Juga seperti dedaunan pohon yang berguguran ketika kemarau panjang. 

( Bahasa Woirata : Uma= Tanah/Pulau, Hin Dau= Piring Batu, Kusi= Guci, ....

 

Pembahasan selanjutnya adalah tentang nama "DALAP PITU". Mengapa disebut Dalap Pitu dan apa latar belakang nama tersebut. Berikut uraiannya:

Sesuai dengan Bahasa Woirata yang serumpun dengan bahasa Fataluku daerah Kabupaten Lautem (Lospalos-Timor Leste) Menyebut DALA artinya Tingkatan atau jenjang" sedangkan PITU artinya bilangan angka "7(Tujuh)". Jadi DALAP PITU adalah Nama yang ditujukan kepada daratan pulau Kisar Yang memiliki 7 tingkatan. 

Rupanya sebutan DALAP PITU ini merupakan Nama pujaan, sebab jika diamati dengan seksama maka kelihatannya struktur daratan pulau Kisar Agak unik karena terdapat sekitar 7 Tingkatan kalau dihitung mulai dari perbatasan laut dalam pesisir pulau sampai ke daerah pebukitan disekeliling pulau yang merupakan pemisahan dengan daerah pedalaman. Justru karakteristik daratan pulau Kisar yang demikian maka hal itu membingungkan setiap orang yang baru pertama kali hendak menginjakan kakinya di daratan ini. 

Apakah memang struktur daratan yang sama ataupun mirip dengan pulau kisar ada di tempat lain, sejauh ini masih belum ada jawaban dan kemungkinan ada di daerah lainpun, tapi (penulis) belum menemukan karena jarang bepergian jauh ibarat katak dibawah tempurung. tapi justru ada banyak kesaksian mengungkapkan daratan model ini cuma satu. 

Berkaitan dengan nama tersebut diatas, maka selanjutnya terdapat beberapa daerah lain yang bahasanya mirip ataupun selaras dengan nama Dalap Pitu. Misalnya bahasa daerah Suku Tugun dipulau Wetar bagian Timur meliputi Desa-desa yaitu : Arwala, Ilway, Kahailin, Ilpokil, Tonliapat serta Masapun dan Mahuan menyebut identitas pulau Kisar sesuai lafal masa purbanya ialah " CALA HITU". 

Berikutnya adalah lafal bahasa Daerah di Wetar pesisir selatan mulai dari Desa Ilmedu-Tutputih(kini Ilputih), Ilwaki dan Hiay, serta Arnau yang disebut Bahasa "Talur", menamai Pulau Kisar yaitu " DALA HITU". Demikian juga bahasa daerah Ili Un meliputi daerah pesisir Wetar bagian barat yaitu mulai dari Desa Tulair-Lemar(kini Telemar), Kara Harbuba(kini Karbubu), Kemudian Desa Klishana-Hatutau(kini Klishatu) dan Ilmaumau serta warga masyarakat penghuni pulau Lirang, menyebut nama untuk pulau Kisar seirama dengan bahasa Talur yaitu "DALA HITU". Ternyata bahasa daerah di Negara tetangga Timor Leste yaitu Galole di daerah Manatutu, dan Bahasa "Makasae" di daerah Baucau sekitanya pun Menyebut Kisar menurut lafal masa purbanya Yaitu " DALA HITU". 

Hal ini tentunya telah menguatkan lafal Bahasa Woirata masa purba yang khasnya yaitu " DALAP PITU" yang berarti Daratan Yang Bertingkat Tujuh(7). Bukti lain adalah identitas pulau kisar sejak Zaman dahulu sebagai daratan tingkat Tujuh, sudah dikenal juga pada beberapa daerah lain seperti yang tertera diatas.

   < NB : Data tersebut diatas adalah koleksi hasil wawancara penulis sejak tahun 1972 sampai 1995 sebagai Guru SD di Pulau Wetar. semua yang sempat diwawancarai memberi tanggapan bahwa tidak tahu/kenal tentang nama/sebutan Pulau Kisar. pen.>-

 

 

 

YOTOWA/YOTOWAWA

Apa sebabnya disebut Yotowa dan Yotowawa? 

YOTOWA

 Nama YOTOWA sesuai lafal bahasa Daerah Suku Woirata dengan Uraian Sebagai berikut : 

Pada generasi ke-4 dari keluarga penemu pertama pulau ini muncullah nama Lewenmali dan Asamali, kikilili dan Warmau serta Maasara Maanunu dan Nunlau. Keluarga besar inilah yang gencar menamakan daratan ini dengan menyebut "YOTOWA". karena semasa tiga generasi lalu, hampir seluruh kawasan di pulau ini sudah terdapat ribuan hewan " kambing" yang berkeliaran. ( hewan kambing disebut dalam lafal Bahasa Woirata yaitu "Hihi Yotowa"). Jadi nama Yotowa berasal dari julukan kepada banyaknya hewan tersel di daratan pulau ini dengan sebutan " HIHI YOTOWA UMA" yang berarti "Tanah/Pulau Kambing". Lambat laun maka namanya disebut singkat saja jadi " YOTOWA". 

 

YOTOWAWA

Nama YOTOWAWA berasal dari lafal bahasa Suku Meher yang datang kemudian dan menyesuaikan nama hewan "kambing" menurut lafal bahasanya dengan sebutan "Pipi Yotowawa". Karena itu julukan terhadap daratan pulau ini menurut dialek Suku Meher adalah "Noho Yotowawa" yang artinya "Tanah/Pulau Kambing". ( Bahasa Meher: Noho=Tanah/Pulau, Yotowawa asalnya dari kata " Pipi Yotowawa"= Kambing). Dari nama Noho Yotowawa maka lama kelamaan disingkat menjadi Yotowawa. 

Kedua nama untuk pulau ini, baik baik YOTOWA menurut lafal bahasa Suku Woirata, maupun YOTOWAWA yang disesuaikan menurut dialek bahasa Suku Meher, senantiasa disebut-sebut para Leluhur masing-masing Suku. akan tetapi patut disayangkan justru kedua nama itu kini hanya suatu memory belaka, sebab setelah kedatangan orang Belanda tahun 1665 dipulau ini maka sirnalah kedua nama tersebut.

Ada sebuah nama lain yang sering bersanding dengan Yotowawa dan diidolakan sesuai dialek Bahasa Meher Yaitu " Daisuli". jika kedua nama itu dihubungkan maka tersebutlah " Yotowawa Daisuli". adapun nama ini bermula dari identitas keturunan Raja-Raja bernama Lelhuli-Daihuli(diduga asal dari P.Dai). yamg sedikit waktu mendiami suatu perbukitan yang kini bernama Daitilu atau Taitilu. barangkali pengaruh asimilasi lafal dalam bahasa Meher sehingga nama Daihuli menjadi Daisuli dan sangat tenar selaku pujaan pada Zaman Leluhur yaitu Yotowawa Daisuli atau Noho Yotowawa Rai Daisuli. kemungkinan juga mereka ini ada hubungan kekerabatan dengan keluarga besar Lewenmali dan Asamali, sebab dalam sebagian tuturan sejarah masa purba Suku Woirata mengisyaratkan bahwa hampir seluruh kepulauan yang kini bernama MBD pernah dijelajahi oleh keluarga tersebut termasuk Pulau Dai, karena mereka berpetualang sebelum menemukan daratan yang kini bernama Kisar dan menetap selama kurun waktu yang tidak diketahui hingga kini.

Sehubungan dengan nama Yotowawa Daisuli maka ada sebuah lagu yang berjudul, "Owe Pulau Kisar Yotowawa Daisuli Negeriku..." Lagu ini merupakan merupakan memory indah sejak generasi Tahun 1950-an sampai 1960-an, tapi sayangnya lagu twrsebut sudah mulai menuju kepunahannya pada masa generasi milenium dewasa ini.

 

KIZAR/KISAR

Mengapa disebut KIZAR/KISAR?

Kronologis tercetusnya nama tersebut adalah sebagai berikut: 

Sekitar akhur bulan juni 1665 adalah saat pertama kalinya orang belanda menginjakkan kakinya di bumi Yotowa/Yotowawa. pada Suatu hari "H", sebuah kapal layar asing secara mendadak menurunkan sauhnya pada perairan sebelah timur pantai KIHAR. Pantai ini disebut dalam dialek bahasa Meher yaitu Kiahar. Letaknya di pesisir selatan pulau, sekitar 6-7km arah kota Wonreli sekarang. pantai Kihar/Kiahar berada dibawah perbukitan yang bernama Ili Kesi dan Manheri serta Mauhara, termasuk lokasi pemukiman leluhur suku Meher yang kini bekasnya disebut " Soko". Daerah sekitar pantai Kihar itu berbatasan dengan laut yaitu selat Timor Leste sekarang selaku jalur Internasional.

Dari mana Kedatangan kapal itu sebelumnya tak diketahui, apalagi perairan itu bukanlah pelabuhan aman. Hanya kutipan dari sebagian penuturan para leluhur Suku Woirata yang menyaksikan ataupun yang mengetahui peristiwa waktu itu mengatakan bahwa para awak kapal itu berkulit putih dan jakung serta hidungnya mancung. Sesuai tuturan para leluhur yaitu kapal dimaksud disebut dalam lafal bahasa Woirata ialah "Lada'ra Kapal" atau "Kupnin Kapal". (Bahasa Woirata: Lada'ra=Belanda, Kupnin=Kompeni/VOC). Sebutan untuk Belanda menurut dialek Bahasa Meher adalah "Wolada".

Selanjutnya kapten naik ke Pantai Kihar/Kiahar tersebut, dan tak disangka ada 2 orang tokoh masyarakat Suku Woirata disitu, bernama Horsair dan Mutasair. Rupanya kedua tokoh tersebut diutus oleh penguasa Negeri Manheri untuk memantau keberadaan kapal asing yang baru pertama kali disaksikan, berani berlabuh pada perairan sekitar pantai yang setiap waktu berkecamuk dengan gelombang laut yang ganas. nakhoda kapal kemudian mewawancarai kedua orang tua tersebut, tapi mereka tidak memahami apa yang ditanyakan dalam proses wawancara karena faktor bahasa asing. Mungkin baru pertama kali tiba di pulau ini sehingga kapten kapal itu berulang kali menunjuk ke arah pasir di Pantai Kihar. Lalu Horsair dan Mutasair menanggapinya dengan menyebut " Kihar Sere", tujuannya memberitahu kapten bahwa kini tuan berada di pantai Kihar. ( Bahasa Woirata: Kihar= nama lokasi/Pantai, Sere=Pelabuhan). Sedangkan nama pantai dalam dialek bahasa meher dengan sebutan Kiahar, telah dipopulerkan dengan nama Kiasar sejak masa penjajahan Belanda. Hal ini disebabkan pengaruh artikulasi dan asimilasi bahasa melayu Ambon sehingga nama tersebut telah resmi digunakan saat ini.

Usai wawancara di pantai Kihar, kapten memberikan 4(empat) bahan selaku cenders mata yaitu Sehelai bendera berwarna 3 corak, sebuah buku(Alkitab) berukuran besar, serta 2 buah tongkat dan sebuah batu bata dengan bertuliskan huruf " N-VOC". 3 bahan diantaranya kini hanya merupakan memory dan catatan sejarah lisan berupa abstrak, sedangkan salah satu yang masih konkrit dan terlihat secara Am yaitu "batu bata prasasti" yang kini tertempel pada tembok depan SD kristen di kota Wonreli. Gedung itu konon dibangun tahun 1925-1927 dan pernah jadi kantor DPRD Kab. MBD pada waktu Wonreli(USW) ibu kota Kabupaten. Setwelah itu oleh arahan Horsai dan Mutasair maka kapten melayarkan kapalnya dan tiba di pantai yanf kini disebut "NAMA", yang dengan sebutan aslinya ialah " Namaluli-Nama Here". kapten mendapat sambutan intim dari tuan lokasi disana yaitu Yaitu Raja Negeri Abusur.

Akhir abad ke XVII Akhir abad XVII dan memasuki tahun 1700-an maka waktu itulah pulau yotowa atau yotowawa berada pada era baru sesuai perkembangan zaman. Karena birokrasi pemeritahan kompeni (VOC belanda ) mulai bercokol di wonreli. Pada waktu itu wonreli adalah ibu kota salah satu wilaya kekuasaan voc belanda dengan nama,Maluku selatan daya. Wilayahnya meliputi seluruh kepulauan kabupaten Maluku barat daya/MBD sekarang da termasuk piulau Teon , Nila , Serua ( TNS ). ( Lihat peta MBD )

Kemudian dalam adminitrasi pemerintahan VOC dengan wilaya yang disebut kepulauan selatan daya ( SELDA ) itu, maka secara tiba-tiba nama pulau KIZAR dimunculkan/ tertera dalam lembaran adminitrasinya. Dengan demikian maka nama wilaya selda di masa belanda maupun jepang bahkan setelah memasuki kemerdekaan sampai tahun 1950-an, masih bernama,wilaya pulau-pulau KIZAR . Operasional birokasi pemerintahan voc belanda waktu itu berada di bawah presiden timor kupang < kini NTT, hingga tahun 1925/1926 barulah terpisah dan bergabung di Maluku. 

Karena itu, TNS bergabung dengan residen banda sedangkan wilaya PP.KIZAR lainnya masuk residen Maluku tenggara beribu kota TUAL , sampai tahun 1999/2000. Tahun 2000-2007, pembentuka kabupaten Maluku tenggara barat (MTB) dengan ibu kota SAUMLAKI. Selanjutnya terbentuk lagi kabupaten dengan nama MALUKU BARAT DAYA ( MBD ), merupakan eks wilayah selda pada zaman belanda kecuali TNS itu. Pembentukannya pada tahun 2008 dengan ibu kotanya di TIAKUR sedangkan WONRELI ( kisar ) selaku ibu kota selama kurang lebih setahun. Dan pada tanggal 26 april 2011 diadakan pilkada I untuk pemerintahan defenitif kabupaten tersebut dengan hasilnya adalah wilaya terpilihnya bapak Drs. Barnabas Orno selaku bupati MBD. 

Sekilas ingatan dimasa awal kemerdekaan sejak tahun 1945-m1950-an,yaitu pada waktu itulah penulis nama untuk pulau KIZAR mulai ditulis menjadi KISAR dalam lembaran adminitrasi birikasi pemerintahan NKRI. Dengan demikian pulau yang disebut para leluhur Woirata dan Meher masa purba yaitu, Yotowa dan Yotowawa itu kini hanya memori. Sedangkan penulisan resmi diatlas maupun peta adalah KISAR . 

Nah, sejak itu mengenang peristiwa wawancara antara nahkoda kpal asing di pantai KIHAR tahun 1665 lalu sembari mengevaluasinya. Apakah isyarat saat kaptn menujukan kearah pasir pantai adalah bermaksud menanyakan nama pantai, ataukah nama pulau yang baru ditemukan? Namun oatut diapresiasi bahwa kadangkala terjadi sesuatu kesalah pahama merupakan sebuah realita yang dapat menciptakan hal yang unik yaitu proses wawancara nahkoda kapal VOC belanda dengan 2 toko masyarakat suku woirata, Horsair dan Mutasair di pantai KIHAR pada tahun 1665 telah mencetuskan nama pulau KISAR untuk selamanya. 

Apa hendak dikata,Ibarat nasi sudah menjadi bubur, kata peribahasa kendati demikain, seyogianya para generasi baru suku woirata dan meher jangan melupakan nama Yotowa atau Yotowawa selaku penghargaan terhadap peninggalan para leluhur dimasa lalu. 

NB: kurang dari 3 ½ abad berlalu kedatangan kapal asing yang berlabu diperairan pantai KIHAR, yang membantu mencetus nama pulau KISAR, tetapi identitas kapal dimaksud masih teka teki, karena nama kapal dan nahkodanya hingga kini sering dipolemikkan. Justru para leluhur suku woirata yang menyaksikan peristiwa saat itu adalah warga desa yang masih terisoler dengan pendidikan, maka nama kapal tidak disebutkan, cuman namanya yang dibilang LADARA kapal atau KUPNIN kapal ladara itu artinya belanda sedangkan Kupnni adalah kompeni/voc. Hanya nama nahkodanya sesuai lafal orang desa sehingga disebut Yane Plein. 

Tetapi pada hari sabtu 04 juli 2009 penulis sempat mewawancarai seorang atropolog asal negeri belanda yang sedang ada di woirata, maka sedikit terkuaklah tirai informasi tentang asal usul kapal dikamsud. Keterangannya dalah sebuah kapal milik voc belanda yang pada waktu itu melakukan pelayaran ke Maluku ( kusus banda ) dari Batavia (kini Jakarta). Misi pelayaran saat itu tak lain adalah berdagang rempah-rempah juga meluaskan wilaya sekaligus menyebarkan agama Kristen- protestan. Seperti ungkapan peribahasa, sambil menyelam (bukan) minum air akan tetapi sambil menyelam dilaut(tangkap) ikan.  

Dalam pelayaran misi tersebut, jalur yang dilewati pergi pulang harus melalui kepulauan sunda kecil yaitu dari pulau bali kearah timur samapi pilau timir dan sekitarnya*( kini nusa tenggara) . itu sebabnya kpal itu sampai ke pulau ini ( ketika itu belum nama kisar ) entah hendak ke banda dari Batavia ataukah kembali ke Batavia dari banda. 

Hasil wawancara penulis dengan antropog dimaksud adalah: kapal Vvoc itu beridentitas kapal dagang , mungkin termasuk juga kpal perang dengan nama LOENEN ( baca: lunen). Nahkoda kpal itu bernama, JAN N. de BLIME ( dibaca: Yan Blem ). Menurut beliau bahwa untuk tujuan sebagai objek museum, maka kini kapal itu sedang dikarantinakan di Negeri belanda. 

Antropog dimaksud bernama DIETERT BARTELS prof. Dr. alamatnya yaitu : 

P. O Box 915 klark dale AZ 86 324 USA 1 928-0254

Van Lovenlaan 3 5142 VG Waalwijk the Netherlands 31(o) 416-332314 

 

e-mail dieter @nunusaku-com

website : Www nunusaku-com

Posted By : Ruben Lewedalu
Rabu, 22 Desember 2021 - 22:34:27
 


Telepon

+62 821-1244-3330